Pelajaran berharga,,,,,,
manantang matohari,,,,,
randah hati,,,tinggi budi,,,,
yo t kayaxo nan ka rasoan kini....
aia mato jadi kawan sahari ko,,,
kapalo barek ndk tatahankan,,
utak samak ndk tau ka di pangakan,,
tapi satu ku pinta
Tuhan aku ingin sukses..
sukses dalam cita2
aku ingin jadi orang besar,,
jika aku besar nanti,,tetaplah jaga kecilnya hati ku,,
aku takut menjadi orang yang sombong dan takabur
izinkan aku menjaga hati dan diriku dari segala kesombongan dan keangkuhan,,,,,
umi buya,,,adik,,,,
titip doaku setiap sujudmu,,,,,
tak ada yang tidak bisa jika keinginan, semangat dan harapan masih membara dalam jiwa,,,, man jadda wa jadda
Selasa, 23 April 2013
Selasa, 09 April 2013
harapan....
mimpi,,,
angan.....
usaha,,,
sabar,,,
besar,,,,
mungkin t yang menjadi penguat ku saat ini,,,,kala ku tak bisa menahan tetesan bening air mata,,,
orang tua,,,adik2,,,keluarga,,,bayangan pertama yang melintas di bedak ku,,,,
bagaikan tak percaya,,nilai ku "B"
mungkin aku sombong untuk semua ini,,,,tapi kalau di bandingkan uang kuliyah ku,,aku merasa berhutang besar untuk nilai tersebut,,,,
berbagai masukan datang mengililingi ku,,,,semua nya memberikan support untuk kedepannya,,
tapi tidak dengan hatiku,,
tersa berat,,penuh pertanyaan besar,,,,kenapa bisa begitu???
kini bertambahlah hutangku satu lagi untuk orang tua ku,,,,
izinkanlah ya Rabb,,aku ingin melunasinya nanti,,,,
kuatkan aku untuk mendaki gunung ini,,,
sinar puncak t yang membuatku ingin mendekatinya,,,,
SUKSES,,,,
mimpi,,,
angan.....
usaha,,,
sabar,,,
besar,,,,
mungkin t yang menjadi penguat ku saat ini,,,,kala ku tak bisa menahan tetesan bening air mata,,,
orang tua,,,adik2,,,keluarga,,,bayangan pertama yang melintas di bedak ku,,,,
bagaikan tak percaya,,nilai ku "B"
mungkin aku sombong untuk semua ini,,,,tapi kalau di bandingkan uang kuliyah ku,,aku merasa berhutang besar untuk nilai tersebut,,,,
berbagai masukan datang mengililingi ku,,,,semua nya memberikan support untuk kedepannya,,
tapi tidak dengan hatiku,,
tersa berat,,penuh pertanyaan besar,,,,kenapa bisa begitu???
kini bertambahlah hutangku satu lagi untuk orang tua ku,,,,
izinkanlah ya Rabb,,aku ingin melunasinya nanti,,,,
kuatkan aku untuk mendaki gunung ini,,,
sinar puncak t yang membuatku ingin mendekatinya,,,,
SUKSES,,,,
MOTIVASI DAN ETOS KERJA KEPENDIDIKAN ISLAM
MAKALAH
MANAJEMEN PENDIDIKAN
Tentang
MOTIVASI DAN ETOS KERJA KEPENDIDIKAN ISLAM
Oleh:
KHAZINUL
ASRIATI
NIM.
12042021237
Dosen pembimbing :
Prof.Dr. Asnawir
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)
PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM
PENGEMBANGAN
ILMU AL QUR’AN (STAI-PIQ)
SUMATRA
BARAT
1434 H/2013 M
MOTIVASI DAN ETOS KERJA KEPENDIDIKAN ISLAM
A.
Pendahuluan
Sudah merupakan opini umum bahwa permasalahan pendidikan yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap
jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional di antaranya melalui pengadaan buku dan alat pelajaran, berbagai
pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, perbaikan dan pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian
dilihat dari berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukan peningkatan
yang adil (equity) dan merata (equality).
Pendidikan diharapkan dapat membentuk manusia yang berkualitas yang
memiliki kemampuan untuk memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Paradigma nasional Pancasila dan Pembukaan
UUD 1945 menjadi landasan dalam konsepsi dan pola pikir pengembangan kebijakan
dan program pembangunan pendidikan nasional. Selain itu UU Sisdiknas, UU BHP,
UU Guru dan Dosen, PP, Permen dan Perda menjadi landasan yuridisnya.
Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan
memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang
terintegrasi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.
Salah satu faktor penentu dalam menunjang keberhasilan peningkatan
mutu pendidikan adalah guru (pendidik). Guru merupakan sumber daya manusia yang
berada di front paling depan tempat saat terjadinya interaksi belajar mengajar.
Hal itu mengandung makna bahwa upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai
dari guru dan tenaga kependidikan lainnya. Dalam mengoptimalkan kinerja
mengajar guru yakni dalam rangka melaksanakan tugas dan pekerjaannya, maka
kepala sekolah yang berkualitas harus mampu mempengaruhi, menggerakkan,
memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh,
memerintahkan, melarang, dan bahkan memberikan sanksi, serta membina dalam
rangka mencapai kinerja sekolah secara efektif dan efisien. Melalui peningkatan
kinerja mengajar guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, diharapkan
prestasi kerja guru dapat mencapai hasil yang optimal.
Namun, hal tersebut tidak akan terealisasi jika tanpa adanya
motivasi dan etos kerja dalam melaksanakan tugas dan kewajibanya dari
masing-masing elemen-elemen pendidikan
Berikut akan dipaparkan mengenai motivasi dan etos kerja
kependidikan Islam yang meliputi hakikat motivasi, beberapa teori motivasi,
beberapa bentuk motivasi dalam pendidikan Islam, hakikat etos kerja serta
fungsi motivasi dalam meningkatkan etos kerja dalam pengelolaan pendidikan
Islam.
B.
Pembahasan
1.
Hakikat
Motivasi
Motif atau motivasi berasal dari kata Latin "moreve" yang
berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku.
Pengertian motivasi tidak terlepas dari kata "needs" atau
"want". Needs adalah suatu potensi dari dalam diri manusia yang perlu
ditanggapi atau direspons.
Tanggapan
terhadap kebutuhan tersebut diwujudkan dalam bentuk tindakan untuk pemenuhan
kebutuhan tersebut dan hasilnya adalah orang yang bersangkutan merasa atau
menjadi puas. Apabila kebutuhan tersebut belum direspons maka akan selalu
berpotensi untuk muncul kembali sampai dengan terpenuhinya kebutuhan yang
dimaksud.[1]
Beragam batasan
pengertian tentang motivasi menurut para ahli, di antaranya adalah:
a.
Menurut
Sardiman A.M, motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melaksanakan
sesuatu, dan bila tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau
mengelakkan perasaan tidak suka itu. Dalam pendidikan motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan gaya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah
pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu
dapat tercapai.[2]
b.
Menurut Mc.
Donald yang disadur oleh Oemar Hamalik mendefinisian motivasi dengan
"perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.[3]
Dari definisi tersebut
terdapat tiga unsur yang saling terkait, yaitu:
1.
Motivasi
dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi
2.
Motivasi
ditandai dengan timbulnya perasaan
3.
Motivasi
ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan[4]
c.
Dalam konteks
pengembangan organisasi, Flippo merumuskan bahwa motivasi adalah sutau arahan
pegawai dalam suatu organisasi agar mau bekerja sama dalam mencapai keinginan
para pegawai dalam rangka pencapaian keberhasilan organisasi.
d.
Dalam konteks
yang sama, Duncan mengemukakan bahwa motivasi adalah setiap usaha yang
didasarkan untuk mempengaruhi perilaku seseorang dalam meningkatkan tujuan
organisasi semaksimal mungkin.
e.
Berbeda dengan
Hasibuan yang merumuskan bahwa motivasi adalah suatu perangsang keinginan dan
daya penggerak kemauan bekerja seseorang.
Dari berbagai
definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi pada dasarnya adalah daya
penggerak psikis dari dalam diri seseorang yang menjadi pendorong dalam
mencapai suatu tujuan tertentu.
2.
Beberapa Teori
Motivasi
Banyak para ahli dari berbagai disiplin ilmu merumuskan konsep atau
teori tentang motivasi. Di antara banyak konsep tentang motivasi dari berbagai
ahli tersebut, berikut beberapa teori tentang motivasi di antaranya:
a.
Teori Hedonisme
Hedonisme adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan,
atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang
bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan yang
bersifat duniawi. Pada abad ketujuh belas, Hobbes menyatakan bahwa apapun
alasannya yang diberikan seseorang untuk perilakunya, sebab-sebab terpendam
dari semua perilaku adalah kecendrungan untuk mencari kesenangan dan
menghindari kesusahan.
Oleh karenanya, setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan,
manusia cenderung memilih alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan
kesenangan dari pada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan, dan penderitaan.
Implikasi dari teori ini adalah adanya anggapan bahwa semua orang cenderung
menghindari hal-hal yang menyulitkan dan lebih menyukai melakukan perbuatan yang
mendatangkan kesenangan.
b.
Teori Naluri
Teori ini merupakan bagian terpenting dari pandangan mekanisme
terhadap manusia. Naluri merupakan suatu kekuatan biologis bawaan, yang
mempengaruhi anggota tubuh untuk berlaku dengan cara tertentu dalam keadaan
tepat. Sehingga semua pemikiran dan perilaku manusia merupakan hasil dari
naluri yang diwariskan dan tidak ada hubungannya dengan akal.
Menurut teori naluri, seseorang tidak memilih tujuan dan perbuatan,
akan tetapi dikuasai oleh kekuatan-kekuatan bawaan, yang menentukan tujuan dan
perbuatan yang akan dilakukan. Freud juga percaya bahwa dalam diri manusia ada
sesuatu yang tanpa disadari menentukan setiap sikap dan perilakau manusia.
c.
Teori Reaksi
yang Dipelajari
Teori ini berbeda pandangan dengan tindakan atau perilaku manusia
yang berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola dan tingkah laku yang
dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang belajar paling
banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh
karena itu, teori ini disebut juga teori lingkungan kebudayaan. Menurut teori
ini, apabila seorang pemimpin atau seorang pendidik akan memotivasi anak buah
atau anak didiknya, pemimpin atau pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar
latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya.
d.
Teori Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara "teori naluri"
dengan "teori reaksi yang dipelajari." Daya pendorong adalah semacam
naluri, tetapi hanya sesuatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah
yang umum.[5]
e.
Teori Maslow
Maslow seorang ahli psikologi telah mengembangkan teori motivasi
ini sejak tahun 1943. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh
manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan
fisik maupun kebutuhan psikis. Di atas perincian kebutuhan akan udara, udara,
makanan, dan seks, dia menempatkan lima lapisan kebutuhan yang lebih luas yaitu
kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan cinta dan rindu, kebutuhan
harga diri, dan kebutuhan untuk aktualisasi diri.[6]
Teori Maslow telah memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam
usaha memperhatikan kebutuhan-kebutuhan tingkat rendah yang sebelumnya mungkin
di abaikan dalam sementara organisasi, dan karena tidak adanya pemuasan
kebutuhan-kebutuhan ini, kebutuhan yang lebih tingkatnya tidak akan berfungsi.[7]
3.
Beberapa Bentuk
Motivasi Dalam Pendidikan Islam
Para ahli mengklasifikasikan bentuk-bentuk motivasi ke dalam
beberapa bentuk, di antaranya adalah:
a.
Motivasi
Tradisonal
Bentuk motivasi ini menekankan bahwa untuk memotivasi bawahan agar
mereka meningkatkan kinerjanya, perlu pemberian isentif yang tentunya diberikan
kepada yang berprestasi tinggi atau kinerja baik. Karyawan yang mempunyai
prerstasi makin baik, maka makin banyak atau makin sering karyawan tersebut
mendapat insentif.
Hal ini juga dapat dilihat dari janji Allah terhadap para syuhada
dalam al-Qur'an surat at-Taubah ayat 111:
¨bÎ) ©!$# 3utIô©$# ÆÏB úüÏZÏB÷sßJø9$# óOßg|¡àÿRr& Nçlm;ºuqøBr&ur cr'Î/ ÞOßgs9 sp¨Yyfø9$# 4 cqè=ÏG»s)ã Îû È@Î6y «!$# tbqè=çGø)usù cqè=tFø)ãur ( #´ôãur Ïmøn=tã $y)ym Îû Ïp1uöqG9$# È@ÅgUM}$#ur Éb#uäöà)ø9$#ur 4 ô`tBur 4nû÷rr& ¾ÍnÏôgyèÎ/ ÆÏB «!$# 4 (#rçųö6tFó$$sù ãNä3Ïèøu;Î/ Ï%©!$# Läê÷èt$t/ ¾ÏmÎ/ 4 Ï9ºsur uqèd ãöqxÿø9$# ÞOÏàyèø9$#
Artinya: "Sesungguhnya Allah
telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan
surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh
atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat,
Injil, dan al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) dari
pada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu,
dan itulah kemenangan yang besar." (QS. at-Taubah: 111).
Dalam UU pun di
atur tentang pemberian insentif kepada pendidik yang berprestasi dalam
bidangnya, hal ini terdapat dalam UU Sisdiknas Bab XI tentang pendidik dan
tenaga kependidikan pasal 40 ayat (1) yaitu pendidik dan tenaga kependidikan
berhak memperoleh:
1)
Penghasilan dan
jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai
2)
Penghargaan
sesuai dengan tugas dan prestasi kerja
Serta pasal 43
ayat (1), yang menyatakan bahwa promosi dan penghargaan bagi pendidik dan
tenaga kependidikan dilakukan berdasarkan latar belakang pendidikan,
pengalaman, kemampuan, dan prestasi kerja dalam bidang pendidikan.[8]
b.
Model Hubungan
Manusia
Model ini menekankan bahwa untuk meningkatkan motivasi kerja
karyawan, perlu dilakukan pengakuan atau memperhatikan kebutuhan sosial mereka,
meyakinkan kepada setiap karyawan bahwa setiap karyawan adalah penting dan
berguna bagi organisasi. Oleh sebab itu, model ini lebih menekankan memberikan
kebebasan berpendapat, berkreasi, dan berorganisasi, dan sebagainya bagi setiap
karyawan, ketimbang memberikan insentif materi.
c.
Model SDM
Menurut model ini setiap manusia cenderung untuk mencapai kepuasan
dari prestasi yang dicapai, dan prestasi yang baik tersebut merupakan tanggung
jawabnya sebagai karyawan. Oleh sebab itu, menurut model sumber daya manusia
ini, untuk meningkatkan motivasi karyawan, perlu memberikan tanggung jawab dan
kesempatan yang seluas-luasnya bagi mereka. Motivasi dan gairah kerja karyawan
akan meningkat jika kepada mereka diberikan kepercayaan dan kesempatan untuk
membuktikan kemampuannya. Memberikan reward dan punishment oleh atasan kepada
bawahan juga dapat dipandang sebagai upaya peningkatan motivasi kerja.
Dipandang dari
segi ini maka motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yakni:
1)
Insentif
positif
Bentuk motivasi ini adalah dengan memberikan reward kepada bawahan
yang berprestasi atau kinerjanya baik. Dengan reward yang diberikan ini akan
meningkatkan semangat kerja para karyawan, yang akhirnya akan memacu kinerja
mereka lebih meningkat.
2)
Insentif
negatif
Menurut bentuk
ini pimpinan memberikan punishment kepada bawahan yang kurang berprestasi atau
kinerjanya rendah.[9]
Kedua jenis
motivasi tersebut di atas dalam praktiknya dapat diterapkan oleh pimpinan
pendidikan, tetapi harus tepat dan seimbang, agar dapat meningkatkan semangat
kerja karyawan. Untuk memperoleh efek untuk jangka panjang, maka motivasi
positiflah yang lebih tepat digunakan, sedangkan insentif negatif hanya cocok
untuk meningkatkan motivasi jangka pendek saja.
Bentuk motivasi
seperti di atas dapat dilihat dalam UU Sisdiknas Bab XI tentang pendidik dan
tenaga kependidikan pasal 40 ayat (2) yaitu pendidik dan tenaga kependidikan
berkewajiban:
1)
Menciptakan
suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis
2)
Mempunyai
komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan,
3)
Memberi teladan
dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan
yang diberikan kepadanya.[10]
4.
Hakikat Etos Kerja
Etos berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang memberikan arti sikap,
kepribadian, watak, karakter, serta keyakinana akan sesuatu. Sikap ini tidak
saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oeh kelompok bahkan masyarakat. Etos
dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai yang
diyakininya.[11]
Dalam etos tersebut, ada semacam semangat untuk menyempurnakan segala sesuatu dan
menghindari segala kerusakan sehingga setiap pekerjaannya diarahkan untuk
mengurangi bahkan menghilangkan sama sekali cacat dari hasil pekerjaannya.
Akibatnya, seorang muslim yang memiliki keprbadian qur'ani pastilah akan
menunjukkan etos kerja yang bersikap dan berbuat serta menghasilkan segala
sesuatu secara sangat bersungguh-sungguh dan tidak pernah mengerjakan sesuatu
setengah hati.
Dengan etos kerja yang bersumber dari keyakinan qur'ani, ada
semacam keterpanggilan yang sangat kuat dari lubuk hatinya, karena ia bekerja
atas dasar ketulusan kepada Allah SWT. Ketulusan kepada Allah SWT dapat
diartikan dengan harapan terhadap ganjaran dari Allah SWT, merupakan faktor
utama yang mendorong seseorang untuk bekerja. Karena itu bekerja tetap
didasarkan pada nilai-nilai keimanan kepada Allah SWT dan inilah investasi
besar umat Islam.[12]
Islam mengakui pentingnya materi tetapi bukan penganut materialisme. Dengan
kata lain materi bukan merupakan tujuan melainkan alat untuk mencapai tujuan.
Di samping itu Allah juga memerintahkan manusia agar berbuat yang
terbaik dan bekerja dengan sebaik-baiknya yang disebut juga dengan ihsan,
sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur'an surat al-Qashash ayat 77:
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù 9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( wur [Ys? y7t7ÅÁtR ÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJ2 z`|¡ômr& ª!$# øs9Î) ( wur Æ÷ö7s? y$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# w =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ
Artinya: "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan
bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan." (QS. al-Qashash: 77).
Jadi, perintah
untuk berbuat ihsan mendorong seseorang agar bekerja secara profesional dan
dengan etos kerja yang tinggi. Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan
etos kerja adalah totalitas kepribadian diri serta cara mengekspresikan,
memandang, meyakini, da memberikan makna terhadap sesuatu yang mendorong
dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal.
5.
Fungsi Motivasi
dalam Meningkatkan Etos Kerja dalam Pengelolaan Pendidikan Islam
Keberhasilan dalam pengelolaan pendidikan Islam atau suatu institusi
atau organisasi ditentukan oleh dua faktor utama yakni SDM dan fasilitas kerja.
Dari kedua faktor utama tersebut SDM lebih penting daripada sarana dan
prasarana pendukung. Secanggih dan selengkap apapun fasilitas pendukung yang
dimiliki suatu organisasi kerja, tanpa adanya sumber daya yang memadai, baik
kuantitas maupun kualitasnya, maka niscaya organisasi tersebut tidak dapat
berhasil mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasinya. Kualitas SDM diukur
dari performancenya.
Menurut Gibson maupun Stoner yang disadur oleh Soekidjo berpendapat
bahwa motivasi adalah merupakan faktor yang berpengaruh dalam meningkatkan etos
kerja dalam pengelolaan pendidikan Islam khususnya. Oleh sebab itu, dalam
rangka upaya meningkatkan etos kerja, maka intervensi terhadap motivasi sangat
penting dan dianjurkan.[13]
Di antara fungsi motivasi dalam meningkatkan etos kerja dalam pengelolaan
pendidikan Islam adalah:
a.
Mendorong
gairah dan semangat kerja pegawai atau karyawan.
Dalam
hal ini Allah pun memotivasi hamba-Nya untuk bekerja yang terdapat dalam
al-Qura'an surat at-Taubah ayat 105:
È@è%ur (#qè=yJôã$# uz|¡sù ª!$# ö/ä3n=uHxå ¼ã&è!qßuur tbqãZÏB÷sßJø9$#ur ( cruäIyur 4n<Î) ÉOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»pk¤¶9$#ur /ä3ã¥Îm7t^ãsù $yJÎ/ ÷LäêZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÉÎÈ
Artinya:
"Dan katakanlah, "bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberikan-Nya kepada kam apa yang telah kamu kerjakan." (QS.
at-Taubah: 105).
b.
Menentukan arah
perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi
dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuannya.[14]
c.
Meningkatkan
kepuasan kerja karyawan, yang akhirnya akan meningkatkan etos kerjanya.
d.
Meningkatkan
produktivitasnya.
e.
Meningkatkan
kedisiplinan SDM.
f.
Meningkatkan
kehadiran kerja karyawan.
C.
Penutup
1.
Kesimpulan
Motivasi memiliki peranan yang
sangat penting dalam meningkatkan etos kerja dalam pengelolaan pendidikan
Islam. Etos kerja adalah suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau satu umat
terhadap kerja. Jika pandangan dan sikap itu melihat kerja sebagai suatu hal
yang luhur untuk eksistensi manusia, maka etos kerja itu akan tinggi.
Sebaliknya kalau etos kerja melihat kerja sebagai suatu hal yang tidak berarti
untuk kehidupan manusia, apalagi kalau sama sekali tidak ada pandangan dan
sikap terhadap kerja, maka etos kerja itu dengan sendirinya rendah. Oleh sebab
itu untuk menimbulkan pandangan dan sikap menghargai kerja sebagai sesuatu yang
luhur diperlukan motivasi. Jadi, dapat diketahui bahwa motivasi memberikan
kontribusi dalam meningkatkan etos kerja terutama dalam pengelolaan pendidikan
Islam.
2.
Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami merasa masih ada
terdapat kesalahan baik dalam penyusunan maupun dalam pemakaian bahasa kami
mohon sarannya agar dapat dijadikan pelajaran untuk masa- masa yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar
(Dalam Perspektif Islam), Jakarta: Kencana, 2004
Martinis Yamin,
Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007),
,
Paradigma Pendidikan Konstruktivistik: Implementasi KTSP & UU No. 14 Tahun
205 Tentang Guru dan Dosen, Jakarta: Gaung Persada Press, 2008
Nasrul, Pendidikan Agama
Islam Bernuansa Soft Skills Untuk Perguruan Tinggi Umum, Padang: UNP Press,
2011
Oemar Hamalik, Proses Belajar
Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, 2001
Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta:
Rineka Cipta, 2009
Sardiman,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta :
Raja Grafindo Persada, 2006
Sobri Sutikno, Belajar dan Pembelajaran (Upaya Kreatif dalam
Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil), Bandung: Prospect, 2009
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta:Gema Insani,
2002
Udai Pareek, Perilaku Keorganisasian, Jakarta: Anggota IKAPI, 1996
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
SISDIKNAS dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2010 Tentang
Penyenggaraan Pendidikan Serta Wajib Belajar, Bandung: Citra Umbara, 2010
[1] Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan
Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 114
[2] Sardiman,Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar,(Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006), h. 75
[3] Oemar Hamalik, Proses Belajar
Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2001), h. 158
[5] Abdul
Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar (Dalam
Perspektif Islam), (Jakarta: Kencana, 2004), h. 133-135
[6] Martinis Yamin, Paradigma Pendidikan
Konstruktivistik: Implementasi KTSP & UU No. 14 Tahun 205 Tentang Guru dan
Dosen, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 98
[8] Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2010 Tentang Penyenggaraan Pendidikan Serta
Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 21-23
[10] Undang-Undang Republik Indonesia,
Op. Cit., h. 22
[11] Toto Tasmara,
Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta:Gema Insani, 2002), h. 15
[12] Nasrul,
Pendidikan Agama Islam Bernuansa Soft Skills Untuk Perguruan Tinggi Umum,
(Padang: UNP Press, 2011), h. 206
[13] Soekidjo Notoatmodjo,
Op. Cit., h. 125
[14] Sobri Sutikno, Belajar dan
Pembelajaran ( Upaya Kreatif dalam Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil),
(Bandung: Prospect, 2009), h. 73
Langganan:
Postingan (Atom)